Pengendalian gulma secara hayati bertujuan untuk menekan populasi gulma dengan memanfaatkan organisme hidup baik itu hewan seperti serangga kumbang, ternak, mikroba, dan ikan, ataupun organisme hidup tersebut berupa tumbuhan seperti Mucuna bracteata, dan berbagai jenis tanaman penutup tanah (LCC) lainnya. Penerapan metode pengendalian gulma secara hayati harus memenuhi beberapa syarat seperti agen hayati tersebut memangsa gulma tertentu saja (spesifik), bersifat monofag, tidak menyerang tanaman yang dibudidayakan.
Ada 3 tipe dasar pengendalian gulma secara hayati yakni tipe klasik, tipe augmentasi, dan tipe inundatif.
Pengendalian hayati tipe klasik (classical biological control)
Pengendalian hayati tipe ini dilakukan dengan melepaskan musuh alami baik itu sebagai predator maupun parasit yang diperoleh atau didatangkan dari luar daerah dan pertumbuhan populasinya mencapai kondisi stabil pada daerah yang baru karena telah tercapai keseimbangan jangka panjang antara populasi musuh alami dengan gulma yang dikendalikan sebagai inangnya.
Pengendalian hayati tipe augmentasi (augmentative biological control)
Pengendalian hayati tipe augmentasi mengacu pada musuh alami yang tidak mampu bertahan sendiri dalam jangka waktu lama pada areal yang terinvestasi gulma yang akan dikendalikan tanpa adanya penambahan populasi. Oleh karena itulah, secara periodik musuh alami harus ditambahkan pada wilayah pengendalian gulma tersebut. Contoh pengendalian hayati tipe augmentasi adalah penggunaan karat Puccinia canalicuta, patogen indigenus Cyperus esculentus di Amerika Serikat.
Pengendalian hayati tipe inundatif (inundative biological control)
Pengendalian hayati tipe inundatif adalah suatu metode pengendalian gulma dalam jangka pendek dengan melepaskan musuh alami dalam jumlah yang banyak seperti pengaplikasian jamur mikoherbisida. Musuh alami pada pengendalian hayati tipe inundatif tidak mampu hidup dan bertahan dalam jangka yang lama. Beberapa contoh jamur mikoherbisida yang saat ini telah berhasil dipasarkan antara lain formulasi Phytoptora palmivora, yang diregistrasikan untuk mengendaliknan Morrenia odorata pada perkebunan jeruk di Florida; Collego (Colletotrichum gloeosporioides) untuk mengendalikan gulma Aeschynomene virginia pada pertanaman padi dan kedelai; Cercospora rodmanii untuk mengendalikan eceng gondok.
0 Response to "Pengendalian Gulma secara Hayati"
Post a Comment