Penaung sementara adalah pohon yang ditanam untuk memberikan naungan kepada tanaman kopi sebelum penaung tetap dapat berfungsi dengan optimal. Jenis pohon penaung sementara yang umum dipakai diantaranya Flemengia congesta, Desmodium gyroides, Leucaena glauca, Crotalaria usaramoensis, Crotalaria anagyroides, Tephrosia vogelii, dan Acasia villosa. Sebagai pertimbangan, pada lahan perkebunan yang diketahui memilik spot-spot nematoda, penaung sementara yang digunakan sebaiknya memiliki ketahanan yang tinggi pada serangan nematoda seperti Crotalaria anagyroides dan Crotalaria usaramoensis. Sedangkan untuk tempat-tempat yang memiliki elevasi lebih dari 1.000 meter dpl, penaung sementara yang digunakan sebaiknya memiliki pertumbuhan yang optimal jika ditanam di daerah dingin seperti Tephrosia vogelii, Albizzia falcata, dan Albizzia sumatrana.
Penaung tetap adalah pohon yang ditanam untuk memberikan naungan pada tanaman kopi selama pertumbuhan dan hidupnya. Beberapa jenis tanaman penaung tetap yang umum dipakai adalah lamtoro (Leucaena glauca), dadap (Erythrina subumbrans), dan sengon (Albizzia falcata dan Albizzia sumatrana).
Beberapa pertimbangan dalam memilih jenis pohon penaung
Pada perkebunan kopi luwak baik skala luas maupun kebun petani, dadap sering tidak digunakan lagi sebagai pohon penaung tetap karena tajuk tanaman dadap sulit diatur, rentan serangan hama dan penyakit, dan tidak memberikan kayu bakar yang baik karena nilai bakar rendah.
Lamtoro merupakan salah satu jenis pohon penaung yang sering digunakan. Kendatipun menghasilkan biji yang menyebar dan tumbuh menjadi gulma lamtoro tetap memenuhi persyaratan pohon penaung yang baik bagi tanaman kopi. Apalagi saat ini lamtoro telah banyak diokulasi dengan jenis-jenis lamtoro yang tidak berbiji, sehingga salah satu sifat negatif dari lamtoro ini, dapat diminimalisasi. Klon-klon lamtoro yang banyak dipakai antara lain L2, L19, dan L21.
Lamtoro jenis L2 adalah lamtoro keturunan persilangan L. glabrata dengan L. glauca. Pertumbuhan lamtoro jenis L2 tergolong sedang, kualitas naungan yang dihasilkan baik, sesuai untuk daerah dengan elevasi tinggi maupun rendah, tidak menghasilkan biji, daunnya rontok pada musim kemarau, tahan terpaan angin, kulit batang berwarna abu-abu muda, dan menghasilkan bunga steril berwarna putih agak pink.
Lamtoro jenis L19 adalah lamtoro keturunan hasil persilangan L. glauca dengan (L. pulverulenta x L. glauca). Pertumbuhan lamtoro jenis L19 tergolong cepat, menghasilkan naungan yang cukup gelap, sesuai untuk daerah dengan elevasi tinggi maupun rendah, cocok untuk tanah berpasir, cabangnya kurang tersebar, dan kulit batang berwarna coklat berbintik-bintik.
Lamtoro jenis L21 adalah lamtoro keturunan dari L. pulverulenta. Pertumbuhan tanaman tergolong cepat sekali, menghasilkan naungan yang cukup gelap, sesuai untuk daerah dengan elevasi tinggi, cocok untuk tanah berpasir dan kurang humus, tahan terhadap kutu putih, kulit batang berwarna coklat muda bergaris-garis arah vertikal, daya regenerasi cepat sehingga sering menjadi sumber gulma lamtoro.