Asal Usul

Waru Si Obat Botak

Waru (Hibiscus tiliaceus L.) adalah tanaman pohon yang tingginya bisa mencapai 15 meter, tumbuh di daerah yang beriklim tropis, dan masuk ke dalam famili Malvaceae. Waru biasanya ditanam sebagai pagar hidup di pekarangan atau di tepi kebun. Dalam bahasa Madura, waru memiliki nama lain, yakni baru. Waru dapat diperbanyak secara vegetatif buatan dengan stek.

Waru Si Obat Botak

Fungsi tanaman waru :
Daun waru digunakan untuk membungkus makanan dan pakan ternak, bahkan di Minahasa pucuk daun waru sering dikonsumsi sebagai lalapan. Daun waru juga bermanfaat sebagai obat alami penumbuh rambut agar lebih subur. Cara penggunaannya adalah daun waru muda diremas-remas dalam satu gayung air, kemudian air remasan itu disiramkan ke kepala yang botak. Untuk meringankan batuk dan muntah darah, rebuslah pucuk waru bersama gula batu, kemudian air rebusan tersebut diminum. Air rebusan daun waru juga dapat digunakan sebagai obat sakit kencing (anyang-anyangen).

Akar waru dapat dimanfaatkan sebagai obat demam. Selain dengan meminum air remasan akar waru, mandi dengan air rebusan akar waru dicampur dengan akar tapak liman juga efektif menurunkan panas badan anda.

Kayu waru biasanya digunakan sebagai bahan pembuat perahu, tangkai kapak dan cangkul, jari-jari roda gerobak dan kayu bakar. Kulit batang waru terutama dari cabang dan batang yang lurus sering dimanfaatkan seratnya untuk membuat tambang waru. Serat yang diperoleh dari kulit batang waru tersebut didapat dengan cara memukul-mukulnya dengan palu. Serat-serat tersebut kemudian dianyam dan dijadikan tambang waru yang super kuat dan tahan air.